
Inventory Turnover yang buruk dapat menjadi bom waktu bagi bisnis. Stok yang menumpuk dan sulit terjual (slow-moving inventory) akan mengunci modal dalam aset yang tidak produktif, membuat arus kas (cash-flow) tersendat. Dilansir dari Unleashed, rata-rata bisnis menyimpan persediaan senilai USD 142.000 lebih banyak dari yang diperlukan untuk memenuhi permintaan. Stok yang menumpuk dan sulit terjual akan mengunci modal dalam aset yang tidak produktif, membuat cash flow tersendat.
Jika terus dibiarkan, bisnis akan kehilangan kemampuan untuk beroperasi dengan lancar, berjuang membayar kewajiban, hingga berpotensi kolaps. Biaya penyimpanan persediaan juga semakin membebani, dengan biaya properti gudang global meningkat 10,1% pada 2023. Kondisi ini sangat berbahaya bagi UKM atau perusahaan dengan modal terbatas, di mana setiap rupiah yang tertahan dapat menjadi pembeda antara bertahan atau gulung tikar. Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk memantau Inventory Turnover Ratio nya.
Apa itu Inventory Turnover Ratio
Secara umum, inventory turnover adalah pengukuran tentang seberapa efektif penjualan produk dalam kurun waktu tertentu. Kemudian, menghitung pula perbandingannya dengan rata-rata laju ekonomi.
Untuk mengukurnya, sebenarnya cukup sederhana. Apabila turnover dikatakan tinggi maka penjualannya baik. Artinya arus keluar produk cukup cepat.
Namun, apabila turnover dikatakan rendah maka penjualannya tidak begitu baik. Artinya, masih ada produk yang tertahan di gudang. Padahal produksi jalan terus-menerus. Ini yang patut diwaspadai.
Meskipun begitu, terkadang turnover yang rendah menjadi sinyal yang baik. Misal, Anda dapat memprediksi bahwa suatu produk, lambat laun, akan mengalami kenaikan permintaan. Maka dari itu, persediaan produk tersebut harus sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Cara Menghitung Inventory Turnover Ratio
Tak ada yang sulit dalam menghitung Inventory Turnover Ratio. Rasio ini merupakan rasio yang mengukur seberapa banyak produk terjual dalam kurun waktu tertentu dan berapa kali kita harus mengganti atau restock persediaan barang untuk memenuhi permintaan pelanggan.
Berikut rumus untuk menghitung Inventory Turnover Ratio:

Sumber: runsystem
Jangan sampai, perputaran persediaan terlalu rendah sehingga barang di gudang terlalu lama. Hal ini beresiko terhadap persediaan barang yang menjadi kedaluwarsa atau usang. Sebaliknya, perputaran persediaan yang terlalu tinggi akan menyebabkan perusahaan kesulitan memenuhi permintaan pelanggan yang berpotensi menyebabkan kehilangan pelanggan.
Cara Efektif Meningkatkan Inventory Turnover
Berikut adalah beberapa strategi yang bisa Anda terapkan untuk meningkatkan perputaran persediaan barang:
-
Tingkatkan Kecepatan Perputaran Produk
Salah satu kunci meningkatkan perputaran produk adalah dengan melakukan promosi secara intensif. Dengan promosi yang gencar, produk akan lebih cepat terjual. Ketika stok produk berkurang, tim produksi dapat lebih mudah memenuhi permintaan konsumen tanpa menimbulkan penumpukan barang.
-
Rencanakan Strategi Penjualan yang Matang
Menyusun strategi penjualan yang terencana dengan baik adalah langkah penting untuk meningkatkan turnover. Promosi yang dirancang secara matang akan memberikan dampak positif pada penjualan. Pastikan setiap langkah penjualan dijalankan dengan tepat agar target perputaran barang tercapai.
-
Perhatikan Masa Kedaluwarsa Produk
Setiap produk memiliki batas waktu kedaluwarsa yang perlu diperhatikan dengan serius. Jika produk sudah mendekati atau melewati masa kedaluwarsa, segera tarik dari pasar. Keberadaan produk kedaluwarsa di pasaran tidak hanya berisiko bagi konsumen, tetapi juga dapat merusak citra merek bisnis Anda.
Itu dia informasi mengenai inventory turnover beserta cara menghitungnya yang penting untuk Anda ketahui. Jika perusahaan Anda melakukannya, kesempatan bisnis yang lebih baik akan terbuka lebar.
Untuk memudahkan pengelolaan Inventory dan Material pada bisnis Anda, RUN System mampu membantu Anda secara berkala.
Baca juga: Pentingnya ERP Inventory System bagi Perusahaan Masa Kini